Rabu, 03 Februari 2016

Selamatkan Kematian Mendadak dengan menggunakan Paida

Pengantar blogger :

Berikut saya sampaikan pengalaman seorang dokter di China bernama Ma Wenyu yang berhasil selamatkan nyawa seorang yang terkena serangan jantung yang beresiko kematian mendadak dengan paida (tepukan) pada siku bagian dalam.  Berikut penuturannya kepada mr Hongchi Xiao sebagaimana saya kutip dari laman www.paidalajin.com


 
Dear Guru Xiao,
 
Saya dulu bekerja sebagai seorang dokter anak di rumah sakit selama 9 tahun dan pada tahun 2006 dipindahkan ke SAIC GM Wuling Automobile Co, Ltd yang bertanggung jawab atas pekerjaan kesehatan kerja seperti pencegahan penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja.
 
Sejak 2009 saya menemukan buku Anda "Journey to Self-Healing" di Dangdand.com. Membaca blog Anda adalah hal pertama saya setelah menghidupkan komputer setiap hari. Dari apa yang saya telah pelajari, pengetahuan ini lebih dari apa yang saya miliki di sekolah kedokteran dan pengalaman klinis di rumah sakit. Selama bertahun-tahun di rumah sakit, saya belum menemukan bahkan satu kasus yang berhasil dalam kematian mendadak akibat serangan jantung.  
 
Seorang mahasiswi 21 tahun tiba-tiba jatuh ke tanah dalam lomba, dengan apnea dan penangkapan jantung, sementara saya menemani anak saya berlomba dalam kecepatan roller skating pada 18 Mei tahun ini. Dia telah diselamatkan setelah dia dua siku ditampar selama sekitar 40 menit.
\  
                  (Anak laki-laki tampan di sebelah kanan adalah anak saya)

\
Bibi ber T-shirt merah dan anak itu di sisinya adalah anggota dari kelompok bersorak kami


Pada tanggal 18 Mei 2013, saya menemani anak saya untuk berpartisipasi dalam kecepatan rol acara skating digelar di Liuzhou Teachers College. Kompetisi ini diadakan dalam empat kelompok: pra-sekolah, anak-anak, junior dan dewasa tingkat. Anak saya berusia 9 tahun dan berada di kelompok junior. Dia ditempatkan pertama dalam acara 500 meter pada kelompok awal dan berhasil sampai ke final.
 
Dia memenangkan hadiah 3 pada ajang 1000 meter. Sekitar pukul 5:00 pm dan pelatih mengatakan kepada kami bahwa upacara pemberian hadiah akan diadakan segera setelah kompetisi untuk mahasiswa berakhir. Itu sekitar 6:00 pm dan perlombaan sedang terjadi. Saya berkata kepada anak saya: "mari kita pulang dan kita tidak harus menghadiri penghargaan." Dia berkata: "Tunggu beberapa saat. Aku akan kembali ketika saya menyelesaikan 10 lap di trek". 

Aku berjalan ke trek dari auditorium dan bersiap-siap untuk mengikutinya untuk final 2 lap, khawatir dia tidak bisa terus karena dia tampak sangat lelah. Dia tiba-tiba berhenti di trek melengkung di mana sekelompok orang terlihat tengah berkumpul. Aku segera bergegas ke lokasi di mana seorang mahasiswa perempuan tiba-tiba terlihat jatuh ke tanah saat lomba dan staf di lokasi membawanya keluar lapangan.
 
Saya pikir itu patah tulang. Tapi ketika aku melihat matanya bergulir ke atas dan wajah memucat, saya mendesak staf untuk meletakkan dirinya ke tanah, "Saya seorang dokter. Biarkan aku melakukan pertolongan pertama. Silahkan menghubungi nomor darurat 120 untuk bantuan. "
 
Aku menekan acupoint Renzhong -nya selama lebih dari 10 detik, tapi dia tidak memiliki reaksi apapun. Lalu aku menaruh tanganku di lubang hidungnya tetapi tidak mampu merasakan suara aliran udara. Aku menyentuh leher arteri, tapi tidak bisa merasakan denyut nadi apapun. Nafas dan detak jantung berhenti. Saya bertanya-tanya apakah saya bisa melakukan CPR untuknya. Saya dulu bekerja di rumah sakit selama bertahun-tahun, tapi saya belum pernah melihat kasus yang berhasil di kasus kematian mendadak oleh CPR.
 
Bukankah Paida dapat membersihkan racun dan limbah di saluran dan membuka blokir saluran secara langsung? Mengapa tidak mencoba Paida?  

Jantung adalah di sebelah kiri dan siku tangan kiri dekat jantung. Aku mulai menampar siku kirinya dan dalam waktu kurang dari 5 menit banyak Sha hitam dan ungu keluar. Dia masih belum merespon meskipun telah ditepuk selama lebih dari 10 menit. Aku merasa takut tapi aku tidak berhenti menepuk dia.
 
Setelah beberapa saat, ia membuka matanya perlahan. "Bisakah kau mendengarku?" Aku bertanya. Dia melihat saya sekilas tanpa jawaban, lalu memejamkan mata dan memasuki keadaan sadar. Saya kemudian menampar siku kanannya. Pada saat ini, nenek datang dan terus menarik salib di dahi dan tubuh, bergumam "Semoga Tuhan memberkati Anda." 

Ada banyak Sha muncul di siku kanan dan saya tidak tahu berapa lama aku menamparnya. Terima kasih Tuhan, matanya terbuka lagi perlahan-lahan!
 
"Bagaimana perasaanmu sekarang?" Aku bertanya. "Hanya sakit kepala", dia menjawab. Teman sekelasnya menyodorkan secangkir air. Aku berkata, "Dia tidak bisa minum air dingin. Biarkan dia minum air hangat. "
 
"Di sinilah ambulans!" Akhirnya seseorang meneriakan kedatangan ambulans. Mengapa tiba begitu terlambat?  Dikatakan bahwa penelepon tidak membuat alamat jelas, karena ada Kampus Utara dan Kampus Selatan di perguruan tinggi, dan pengemudi pergi ke arah yang salah.

 
Dokter darurat memberinya tes glukosa darah dan menunjukkan tingkat yang normal 5.9. Dokter menyarankan dia untuk pergi ke rumah sakit untuk observasi lebih lanjut dan pemeriksaan. Untuk alasan yang tidak diketahui, siswa menolak untuk pergi ke rumah sakit. Dokter harus membiarkan dia menandatangani dan kemudian meninggalkan.
Pada 07:20, suami saya mengantarnya beserta teman sekamarnya kembali ke asrama mereka. Saya memintanya untuk lebih banyak istirahat, mengkonsumsi makanan cair di malam hari. Pada pukul 10:00 WIB, saya menghubungi teman sekamarnya, tapi ponsel itu dimatikan.

 
Pada pagi kedua pada sekitar 07:00 saya menelepon teman sekamarnya lagi, ternyata dia merasa baik kecuali pusing sedikit dan sakit kepala.

 
Kemudian, seorang bibi dalam kelompok bersorak kami berkata kepada saya, "Mengapa Anda meluangkan begitu banyak waktu sehingga bisa sempat melakukan pertolongan pertama?   Berkat skating tambahan anak Anda, tentu kita sudah berada di rumah. Tanpa Anda, gadis itu mungkin tidak terselamatkan "

 
Aku masih memiliki rasa takut berlama-lama ketika saya kembali di rumah meretrospeksi adegan itu. Di rumah sakit, upaya penyelamatkan biasanya menyerah ketika pasien serangan jantung tidak bisa terselamatkan dalam 40 menit. Tapi hari itu aku begitu yakin bahwa Paida akan membuka sumbatan, dan itu memberi saya keyakinan besar, terutama pada saat ia membuka matanya.

 
Banyak terima kasih, Guru Xiao, untuk menyebarkan Anda metode sangat sederhana namun efektif untuk orang-orang di seluruh dunia.

 
Ma Wenyu (15077201883), Liuzhou, Guangxi
30 September 2013

 

Sumber : http://www.paidalajin.com/index.php?m=content&c=index&a=show&catid=106&id=630

 

Minggu, 03 Januari 2016

Sekarang, Sehat Ada di tangan Kita Sendiri!




Sungguh ironi kalimat sekaligus judul buku karangan Eko Prasetyo  “ORANG MISKIN DILARANG SAKIT”. Bahwa semakin kesini biaya berobat semakin mahal. Teknologi memang semakin canggih, tapi juga semakin kewalahan menghadapi  penyakit. Duniapun terasa semakin sempit setelah dihimpit dari berbagai sudut : kenaikan harga BBM dan sembako, dan juga biaya pendidikan. Muncul kemudian istilah “SADIKIN”dan SADIKUN, sakit sedikit langsung miskin, sakit sedikit lari ke dukun. Sakit telah menjelma bak hantu yang tak sekedar menggerogoti badan, tetapi sumber kehidupan. Bisa membuat mati sebelum mati.

Mungkin ada yang berfikir tuhan sudah tidak adil. Karena takdir tuhan tidak berfihak pada orang miskin. Kemudian, ada pertanyaan filosofis, bagaimana solusi masalah kesehatan bagi orang-orang yang jauh dari pusat-pusat perawatan kesehatan dan tenaga medis, atau tidak ada tanaman obat.   Misalnya mereka yang penduduk di pedalaman, terasing di pulau-pulau kecil, terisolir dan jauh dari akses jalan? Apakah mereka harus menerima saja kalau harus cacat tubuh,  sakit akut dan akhirnya meninggal?  

Atau ....apakah memang tubuh manusia yang katanya ciptaan Sang Maha Sempurna sedemikian rapuh, lemah dan ringkih ketika berhadapan dengan sakit?
Jangan-jangan ada yang salah dengan cara kita mengelola tubuh kita sendiri. Jangan-jangan ada yang salah dalam cara kita menghadapi penyakit.  Logikanya, Tuhan Yang Menciptakan sebaik makhluk bernama manusia, tentu menyiapkan sistem penyembuhan alaminya. Kadang bertanya-tanya juga, manusia yang super canggih ini kenapa harus kalah oleh virus yang sistemnya sangat sederhana dibanding manusia, yang ukurannya saja tidak terlihat mata karena saking kecilnya. Ya, serapuh itukah tubuh manusia??

Hingga satu harapan besar muncul bak fajar di timur nan cerah. 


Begini awal ceritanya 

.....................

Awal tahun 2015 ini saya bertemu sosok sepuh yang amat produktif. Rama Royani namanya. Biasa ia disapa Abah Rama. Abah cerminan usia, juga sapaan hangat kepada senior. Saat itu saya mengikuti satu sesi pelatihan Talents Mapping yang beliau menjadi founder di situ. Sekaligus master trainernya. Sosok sepuh itu begitu energik, sehat, segar dan produktif. Di usia yang persisnya di angka 70 itu biasanya kita lihat sosok yang ringkih, penglihatan kabur, jalan harus dipapah, dengan segala gejala penyakit yang mengiringi. Tapi Si Abah ini berbeda. Bahkan bisa dikatakan mengalahkan yang masih muda.

Rasa penasaran saya sedikit terjawab saat di akhir sesi beliau menyampaikan bahwa ada metode praktis dari China untuk menjaga kebugaran tubuh dan menjaga kesehatan. Waktu men-copy file pelatihan, ternyata ada file tentang metode tersebut. 

Masalahnya kalau sudah mengandung istilah-istilah asing persepsi saya adalah ribet, harus ikut pelatihan ini ke guru itu de el el. Kalau mendengar istilah bahasa China yang terbayang adalah yoga, kung fu, akupunktur, sin she, serta ramuan obat China.   Untuk beberapa lama, saya tidak membaca secara detail file itu. Hanya melihat sekilas gambar-gambarnya saja. Sampai kemudian Abah Rama sharing pengalaman beliau sembuh dari vertigo dengan metode China di atas via grup Whatsapp dan dikirimi file lengkapnya via email. Kebetulan isteri saya punya masalah sama. Sering sakit kepala, migrain, dan paling parah adalah vertigo. Pada saat yang sama, saya sedang punya beberapa masalah kesehatan. Di tangan kiri ada scabies yang sudah dua minggu tidak sembuh, juga  batuk-batuk tidak hilang sejak tiga mingu sebelumnya.

File dari Abah yang saya simpan di komputer kemudian kembali saya buka. Dari situlah saya jadi tahu tentang dua cara sederhana yang bisa mengobati aneka penyakit. Namanya Paida dan Lajin. Paida adalah teknis menepuk dengan telapak tangan atau bisa juga pake alat bantu pada bagian tubuh tertentu (pada dasarnya seluruh permukaan tuubuh bisa ditepuk). Satunya lagi adalah Lajin, artinya peregangan (streching). 

Sesuai petunjuk di file tersebut, saya coba lakukan paida (tepukan) pertama saya di siku dalam lengan kiri selama kurang lebih lima belas menit. Muncullah kemudian bercak  warna merah agak kehitaman. Ini pertama kali saya melihat bercak itu selama hidup saya. Dalam bahasa China bercak itu namanya Sha. Sha adalah racun dalam tubuh yang terpendam di dalam bagian-bagian tubuh kita yang terkumpul di tempat kita melakukan paida. Paida memang ditujukan untuk membuang racun dari tubuh.

Besoknya, saya tepuk lagi selama lima belas menit juga. Cuma sedikit sha yang muncul. Namun ada yang terasa beda, gatal di jari yang terkena scabies tidak lagi muncul. Biasanya sangat mengganggu. Besoknya lagi scabies mulai mengering. Dalam seminggu scabies saya ternyata bisa sembuh tanpa obat salep tanpa obat minum sama sekali. Tentu ini hasil yang sangat menggembirakan dan menarik. Biasanya untuk kasus scabies, uang 400 ribu harus saya habiskan untuk berobat ke dokter spesialis kulit plus menebus obat dan salep racikan khusus. Keberhasilan dengan scabies ini memuat saya tertarik untuk menaklukan batuk yang betah berlama-lama itu melalui metode tepuk-tepuk ini. Apakah bisa juga?

Untuk batuk, saya coba tepuk bagian ketiak kanan dan kiri. Masing-masing sekitar lima belas menit dengan agak keras, seperti saat menampar. Logika saya sederhana, karena bagian ketiak dekat dengan paru-paru. Setelah 15 menit paida, muncul di sana sha berwarna gelap seperti habis ditinju. Bedanya ini tidak ada rasa sakit. Besoknya ternyata batuk berkurang signifikan. Dada dan nafas terasa sangat longgar. Hari-hari berikutnya batuk semakin jarang dan kemudian hilang sama sekali. Tanpa obat sama sekali. Hasil kedua yang semakin membuat saya tambah bersemangat.

Kasus ketiga, saya punya ambeien kambuhan. Sensitif kalau makan pedas. Untuk kasus ambeien ini saya memakai peregangan kaki (lajin) dan menepuk bagian belakang lutut. Logika saya itu yang paling dekat dengan bagian tubuh yang terkena ambeien.  Ini adalah Lajin pertama yang saya lakukan dengan cara berbaring di kasur  dan kaki saya sandarkan pada ujung daun pintu. Saya belum mempelajari konsep tentang meridian atau saluran energi tubuh yang harus lancar agar sehat. Dalam konsep penyembuhan China kuno, semua penyakit disebabkan oleh tersumbatnya meridian tubuh. Lajin adalah cara untuk memperlancar aliran meridian tersebut. 

Rasa sakit menyergap kaki saat melakukan peregangan.  Saya tahan sepuluh menit kaki kiri dan kanan masing-masing secara bergantian. Setelah itu saya melakukan paida di bagian belakang lutut sepuluh menit juga. Tapi belum sampai muncul sha di bagian ini. Hanya warna merah muda yang normal.
 
Besoknya, saya coba uji nyali makan sambal. Tiga hari berutut-turut makan dengan sambal yang banyak. Alhamdulillah ambeien yang ditunggu ternyata tak muncul. Biasanya efek makan sambal pedas, saat buang air besar, bagian bawah terasa panas yang akan berlanjut  dengan munculnya pembengkakan di saluran keluar. Akan berdarah saat sedikit  saja mengalami sembelit. Kali ini rasa panas itu tidak juga muncul. Hal ini menjadikan  saya tidak lagi pantangan makan pedas. Buang air besar pun ternyata lancar tanpa sembelit, walau tak sedang makan buah-buahan.

Setelah sukses dengan beberapa kasus di atas, untuk menjaga kondisi badan saya coba melakukan paida lajin pagi atau sore Tubuh saya memang termasuk rentan walau usia baru empat puluh tahun. Gampang sakit.  Walaupun tidak tiap hari, namun efeknya ternyata tetap terasa. Sekarang saya merasa badan lebih fit, tubuh lebih lentur, dan daya tahan terhadap penyakit lebih kuat. Misalnya, bila sebelumnya ketika bibir bagian dalam tak sengaja tergigit, besoknya langsung sariawan. Sekarang, sariawan tidak muncul saat tergigit. Juga selepas makan gorengan agak banyak, biasanya langsung radang tenggorokan. Sekarang alhamduillah, aman-aman saja sehabis makan pisang goreng, tempe goreng atau martabak telur kesukaan saya. Terakhir, saya coba uji nyali naik motor tanpa jaket saat hujan perjalanan kantor ke rumah sekitar 15 menit. Biasanya saya langsung masuk angin dan meriang. Alhamdulillah tamu meriang yang saya tunggu itu tak datang juga.

Kasus terakhir adalah beberapa waktu lalu sebelum menulis tulisan ini.  Karena sesuatu hal saya harus menyelesaikan pekerjaan malam hari. Begadang tiga malam berturut-turut hanya tidur 1 jam saja. Saya coba perkuat diri saya dengan paida dan lajin pada malam dan pagi hari sebelum berangkat kantor. Kali ini saya coba tidak mengkonsumsi minuman suplemen. Biasanya kalau malam sebelumnya begadang, paginya rasa kantuk menyergap serta sulit konsentrasi. Alhamdulillah, kali ini badan tetap segar. Hanya sedikit ngantuk.

Pada hari keempat, walaupun agenda begadang sudah usai, siang hari saya harus bolak balik nyetir mobil Cikampek-Karawang. Saya harus mengantar dua anak saya ke pool bis Lorena tujuan Probolinggo, Jawa Timur. Ceritanya mereka mau liburan di mbah-nya.  Tetapi kemacetan parah jelang libur natal menjadikan bis Lorena mengalami delay 12 jam hingga jam 1 malam. Saya baru bisa tidur jam setengah 3 dini hari. Dan harus bangun subuh. Praktis empat hari non stop begadang hanya dengan sedikit tidur.

Hari Kamis pagi saya masih bisa melakukan aktivitas favorit sebagai suami istri. Biasanya siangnya disergap lemas dan kantuk.  Apalagi semalam kurang tidur. Tapi saya coba tetap mengikuti agenda kopdar komunitas Home Education di Bekasi. Di mana saya kembali harus nyetir mobil sekitar satu jam menuju lokasi. Setelah acara selesai saat dhuhur,  karena jalan tol macet parah saya kembali harus nyopir, kali ini mengambil jalan memutar lewat jalur utara Bekasi. Sampai rumah di Karawang jam 4 sore.

Tubuh yang sudah terforsir itu kemudian tak mampu lagi menangkal virus flu yang mampir besok harinya. Hari Jumat-Sabtu saya bersin-bersin hingga hidung meler. Namun badan hanya sedikit demam dan meriang. Kali ini saya ingin betul-betul lepas obat kimia. Sambil saya lakukan paida lajin pagi dan sore. Obat yang diminum hanya minyak habatus-sauda. Alhamdulillah hari minggunya sudah mulai reda. Hari Senin sudah bisa masuk kantor. Padahal pengalaman sebelumnya untuk kasus yang sama bisa dipastikan saya mengalami gejala tipes. Perlu minimal seminggu untuk sembuh. Inipun harus dibantu obat dokter. Bila dilakukan tes laboratorium, maka uang 500 ribu bisa ludes untuk biayanya sampai benar-benar sembuh. 

Namun ada yang menarik. Dalam waktu hampir dengan flu di atas,  ambeien yang saya kira sudah hilang muncul lagi. Namun muncul di bagian yang tidak biasanya. Saya menduga ini bagian dari krisis penyembuhan, sesuai yang saya baca di situs www.paidalajin.com. Jadi tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Maka saya atasi juga hanya dengan paida lajin. Tanpa minum obat sama sekali. Alhamdulillah tiga hari sembuh bersamaan dengan redanya flu. Padahal biasanya selama seminggu saya harus meringis menahan sakit saat berjalan. 

Pada kesempatan ini saya juga menjumpai sebuah PENEMUAN PENTING!

Setelah saya amati dan saya bandingkan denga ruku' saat sholat, ternyata cara kerja ruku' sama dengan cara kerja lajin bila dilakukan dengan presisi sesuai pedoman.  Ruku’ yang dicontohkan nabi itu lurus pada punggung secara horizontal. Setelah ruku’ tiga menit saja, maka bagian kaki dari ujung bawah hingga pinggul akan meregang dan sakit. Terjadi juga peregangan di tulang belakang. Hal ini terindikasi pada munculnya rasa sakit pada tulang belakang di bagian pinggang. Saat saya coba postur ruku’ ini, gejala ambien saya berkurang signifikan. Sama efeknya waktu mekakukan lajin. Sehingga bisa dikatakan bahwa efek ruku’ itu sama dengan efek lajin. Ruku adalah lajin cara Nabi Muhammad.

Ya, melalui jalan yang memutar saya malah menemukan rahasia terbesar kesehatan Nabi Muhammad yang sepanjang hidupnya sangat jarang sakit. Padahal kesibukan beliau luar biasa. Sebelumnya saya hanya  tahu kalau beliau kalau ruku dan sujudnya itu lama sekali. Terutama  saat sholat malam.
Rupanya peregangan itulah rahasia kesehatan Rasululullah! Bahkan ruku’ tidak memerlukan alat apapun seperti halnya meja lajin. Dua kaki bisa langsung streching, tanpa perlu bergiliran.  Juga waktunya bersamaan dengan beribadah. Tidak perlu agenda khusus. 

Apakah rasa sakit efek dari ruku’ yang lama akan mengurangi kekhusyukan shalat?
Menurut saya justru sebaliknya, shalat semakin focus. Semakin khusyuk. Apalagi memahami bahwa hakikat sakit yang dialami saat peregangan adalah obat alami. Maka menjadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan rasa sakit saat ruku’. Itu adalah hadiah dari Allah. 

Lantas, mengapa mayoritas umat Islam masih rentan sakit padahal sudah melakukan ruku' setiap hari?
Sangat boleh jadi postur ruku’nya tidak persis dengan yang dilakukan Nabi. Saat ruku, punggung cenderung melengkung, tidak rata. Kaki dan lantai juga tidak membentuk sudut 90%. Kebanyakan kaki condong ke belakang. Tangan juga banyak yang tidak lurus sehingga tidak menekan lutut dan bahu secara bersamaan. Ketidaktepatan postur ruku’ menjadikan  hilangnya peregangan. Hilang juga efek pengobatannya.

Alhamdulillah, kini saya merasa lebih positif dengan kondisi kesehatan saya. Juga kesehatan keluarga. Misalnya, istri saya sekarang tidak lagi ketergantungan minum obat sakit kepala ketika kecapekan. Cukup dengan lajin 15 menit pada masing-masing kaki, dan paida pada bahu dan tengkuk serta siku bagian dalam. Anak saya yang punya scabies kambuhan di kaki, kini cukup dilakukan paida di lutut bagian belakang. Tidak perlu lagi ke dokter spesialis kulit. Juga tanpa perlu obat kimia.

Kalau membaca di web www.paidalajin.com kita akan menjumpai banyak testimoni mereka yang memperoleh kesehatannya kembali dengan mempraktekan metode sederhana paida lajin. Dengan metode yang amat sederhana, murah (bahkan tanpa biaya), bisa dilakukan sendiri, efektif, dan universal ini harapan memperoleh kesehatan kembali dengan tanpa mahal, tanpa ribet kembali menyala. 

Manusiapun berhasil membuktikan bahwa makhluk ciptaan Tuhan bernama manusia memang super canggih dan tidak serapuh yang selama ini kira. 

Kesehatan kita kini kembali ada di tangan kita.


Karawang, 4 Januari 2016

#Catatan pemilik blog



Minggu, 20 Desember 2015

Rasa Sakit Sebagai Obat





Tidak ada yang suka merasakan sakit, tetapi sebenarnya inilah obat-supernya. Seperti penyakit, itu adalah hadiah dari alam. "Sakit" di sini tidak mengacu pada jenis yang disebabkan kecelakaan atau perkelahian, tapi sensasi yang terasa saat mempraktekan Paida dan / atau Lajin. Dari berbagai respon pemulihan, rasa sakit adalah yang paling umum dialami. Beberapa orang mungkin  menolak untuk melakukan Paida dan Lajin karena rasa sakit itu. Walau sebenarnya, itu adalah justru alasan bahwa mereka harus mempraktekkannya.

Rasa nyeri atau sakit adalah senjata rahasia dari efek penyembuhan ajaib Paida Lajin. Alasannya adalah sebagai berikut:

Pertama, rasa nyeri adalah alat diagnosis yang tepat, sesuai pepatah lama, "di mana tidak ada penyumbatan dalam meridian, tidak ada rasa sakit akan terasa". Nyeri menunjukkan di bagian tubuh mana penyakit terletak dan intensitas nyeri menunjukkan tingkat keparahan penyakit. Pasien penderita penyakit jantung atau yang memiliki masalah emosional lebih takut sakit daripada rata-rata orang. Penyakit jantung merujuk gangguan dalam organ fisik, jantung. sedangkan masalah emosional mengacu gangguan jiwa , semangat, dan pikiran yang tidak berwujud.  Penyakit jantung dan masalah emosional adalah saling terkait dan saling berpengaruh. mereka berdua manifestasi dari penyumbatan di jantung dan meridian perikardium. Jika bagian dari tubuh mana meridian lalui terasa sakit, ini menandakan bahwa organ yang sesuai sedang memiliki masalah.

"Sakit" secara langsung merangsang dan membuka jantung, memicu kemauan, dan memobilisasi Yang-qi (qi kanan). Itu adalah "obat untuk jantung". Jantung, sebagai raja organ tubuh mengatur roh. Ia merangsang sekresi zat bio- kimia yang dibutuhkan tubuh, yaitu "obat endogen". Tanpa  nyeri, maka daya penyembuhan diri kita tidak akan diaktifkan, sehingga obat endogen tidak akan diproduksi. Kemampuan penyembuhan diri ini bertindak seperti obat senyawa, dan rasa sakit adalah katalis yang memicu produksi obat endogen ini. Oleh karena itu, rasa sakit adalah bagian dari proses produksi obat endogen. Bahkan mungkin menjadi bagian integral dari obat itu sendiri, yaitu "obat sakit". Selain itu, rasa sakit merupakan proses penentuan lokasi penyakit sehingga pengobatan dapat dilakukan. Ia mengungkapkan target yang sangat jelas, yaitu pada daerah di mana nyeri dirasakan. Oleh karena itu, "obat sakit" adalah "obat presisi". Nyeri persisten berarti pengobatan berkelanjutan dengan obat presisi. Selain itu, rasa sakit ini dapat ditahan dan dapat diatur secara mandiri sesuai dengan kondisi dan toleransi seseorang.

Sebagai "obat sakit" adalah "obat endogen" dimanifestasikan sebagai kekuatan penyembuhan diri, lebih akurat, bersifat gejala, ramah lingkungan dan lebih langsung bila dibandingkan dengan obat-obatan. Dalam pengobatan Cina, kekuatan penyembuhan diri disebut sebagai Yang-qi, atau "qi benar". dalam pengobatan Barat, ini disebut sebagai kekebalan, kemampuan, hormon, insulin, sel-sel induk, adrenalin, atau enkephalin. Dengan  kemajuan ilmu kedokteran, istilah baru akan terus ditambahkan ke daftar.

Derajat "sakit" adalah proporsional dengan khasiat "obat" ini, yaitu semakin sakit, semakin lebih baik khasiat penyembuhan diri. Selama Paida dan Lajin, ketika rasa sakit yang dirasakan, Yang-qi naik lebih cepat dan seluruh tubuh segera menghangat dan bahkan mulai berkeringat. Saat paling nyeri dirasakan adalah saat  yang-qi naik paling cepat. maka khasiat terbaik diperoleh.

Qi yang berarti penyakit adalah yin-qi ( qi jahat). ketika terakumulasi, beberapa penyakit akan pecah dan hidup akan dipersingkat. sebaliknya, ketika yang-qi berlimpah, lebih sedikit penyakit akan pecah dan hidup akan  lebih panjang. Ketika Yang naik, yin akan menurun. Yang-qi adalah zheng-qi (atau "qi kanan"), seperti yang dijelaskan dalam Huang Di Nei Jing, "ketika zheng-qi disimpan dalam, kejahatan tidak akan masuk". Kalimat ini meringkas benar Inti dari pengobatan Cina.

Dalam kasus rasa sakit menjadi hampir tak tertahankan pada tahap awal Paida dan Lajin, intensitas dapat dikurangi dan durasi diperpanjang. "Sakit" membuat kita fokus. Kita dapat mengalami keadaan dimana tubuh dan jiwa menjadi satu, di mana memberi dan menerima terjadi dalam diri kita sendiri. Dengan demikian, rasa sakit juga merupakan metode meditasi. Selama meditasi, seseorang mungkin merasa sulit untuk berkonsentrasi. Ketika Anda merasa sakit saat Paida dan / atau Lajin, pikiran Anda terfokus tidak sebagaimana sebelumnya. tidak mungkin pada saat itu untuk berpikir tentang anak-anak, pasar saham atau hal-hal lainnya. Pikiran Anda akan fokus pada bagian yang paling sakit,  yang di situlah keberadaan masalahnya. Kemampuan untuk menahan rasa sakit bervariasi seiring kemampuan mengubah keadaan pikiran, dan akan ditingkatkan melalui Paida dan Lajin yang berlanjut. Kemampuan untuk menahan nyeri lebih besar adalah tanda kesehatan yang lebih baik.

"Sakit" adalah sistem perlindungan alam kita yang memungkinkan kita untuk menghindari bahaya. dengan demikian, " obat sakit " lebih aman daripada obat-obatan biasa. Ketika rasa sakit melebihi daya tahan seseorang, satu akan secara naluriah berhenti menggunakan "obat nyeri". Bagi para pemula, penderita sakit parah, dan orang tua tidak memerlukan intensitas  Paida dan / atau Lajin yang tinggi saat memulai, mereka juga tidak perlu cemas tak mendapatkan khasiat yang signifikan pada satu kali jalan, tapi malah harus menjadi satu langkah awal untuk waktu berikutnya.

Kemampuan kita untuk menahan rasa sakit secara bertahap akan meningkat seiring  dengan meningkatnya intensitas dan durasi Paida dan Lajin. Ketika tingkat toleransi untuk "obat sakit" dan obat medis dibandingkan, maka ditemukan bahwa efek pada tubuh manusia ternyata berlawanan. Toleransi yang lebih besar dari "obat sakit"menunjukkan pengentasan atau menyembuhkan penyakit, sedangkan toleransi yang lebih besar dari obat menyiratkan bahwa obat telah menjadi tidak efektif, atau bahkan telah menyebabkan efek samping.
"obat sakit" pada dasarnya adalah "obat untuk pikiran". itu adalah hasil dari interaksi antara pikiran dan tubuh. Sikap seseorang terhadap rasa sakit terus berubah. setelah Anda mengubah pola pikir Anda dan mulai melihat rasa sakit sebagai terapi proaktif dan positif, Anda langsung dapat bertahan sakit pada tingkat yang lebih besar. Kemudian, rasa sakit tidak akan lagi menjadi musuh atau setan, melainkan teman atau malaikat.  Seperti meridian yang mengalir mulus dianggap sebagai tonik bergizi untuk tubuh, dan rasa sakit adalah Proses pembersihan meridian, sehingga "obat sakit" dianggap tonik juga.